Rabu, 19 Januari 2011

Imbalan yang setimpal

Pada suatu hari, seorang Bapak, Pak Burres, menyewa tiga orang pemuda untuk membantunya menyimpan panen jerami. Sorenya, dia mengumpulkan ketiganya untuk memberikan upah.

Berapa yang harus dibayar, John?” tanya Bapak itu kepada pemuda pertama, John yang dipekerjakannya.
55 dolar, Pak Burres,” jawab John. Pak Burres menuliskan cek senilai 55 dolar untuknya. “Terima kasih atas jerih payahmu, John,” kata Pak Burres dengan hormat
Berapa yang harus kubayar, Michael?” tanya Pak Burres kepada pemuda kedua, yang jumlah jam kerjanya sama dengan John.
Anda harus membayar 75 dolar”, kata Michael.
Dengan terkejut, Pak Burres bertanya perlahan, “Bagaimana cara menghitung sampai jumlahnya sebegitu, Michael?”
Begini”, kata Michael, “saya menghitung sejak saya masuk ke dalam mobil untuk berangkat ke tempat kerja, sampai saya tiba di rumah, ditambah bensin dan uang makan”.
Uang makan – meskipun makanan sudah disediakan?”
Yep”, jawab Michael.
Oh, begitu”, kata Pak Burres sambil menuliskan cek senilai 75 dolar yang diminta.
Kalau kau bagaimana, Nathan?” tanya Pak Burres “Berapa yang harus kubayar?”
Bapak bayar 38 dolar dan 50 sen, Pak Burres,” kata Nathan.
Sekali lagi Pak Burres terkejut pada perbedaan jumlah yang diminta. Pemuda ketiga ini, seperti dua yang lain, dipekerjakan untuk pekerjaan yang sama dan telah bekerja sejumlah waktu yang sama (dan berasal dari kota kecil yang sama, yang hanya beberapa mil jauhnya). Pak Burres meminta penjelasan.
Dan bagaimana kau menghitung sampai jumlahnya sebegitu, Nathan?”
Yah”, kata Nathan, “saya tidak minta upah untuk waktu istirahat siang, karena istri Bapak memasak dan menyiapkan makan siang. Saya tidak bayar bensin karena saya datang bersama teman-teman saya. Jadi jumlah jam kerja saya cukup untuk diberi upah 38,50 dolar.”
Pak Burres lalu menuliskan cek senilai 100 dolar.
Pak Burres lalu memandang ketiga pemuda itu, yang terdiam oleh perbuatan Pak Burres, semua agak bingung dengan jumlah yang berbeda dalam cek mereka masing-masing.
Saya selalu membayar orang sesuai dengan nilainya, Nak. Dari tempat asalku, kami menyebutnya imbalan yang setimpal.” Dia memandang ketiga pemuda di hadapannya dengan bijak, dan dalam gaya kebapakannya yang khas menambahkan, “Nilai-nilai dalam diri seseorang menciptakan nilai orang tersebut.”
Allahpun selalu memberkati kita manusia sesuai dengan nilai yang ada pada diri kita. Jika kita senantiasa berhitung untuk jasa-jasa kita, bagaimana jika Allahpun berhitung atas jasaNya kepada kita? Apabila kita berhitung atas apa yang akan kita brikan untuk sesama, gereja, untuk Tuhan, bagaimana jika Ia berhitung untuk membagikan berkatNya kepada kita?
Oleh
Bettie B. Youngs 

1 komentar: