Selasa, 24 Juli 2012

JERAT DUNIA

Harus kita pertanyakan ketika kita bangun pagi memepersiapkan diri untuk bekerja dan melakukan segala kegiatan, untuk apakh dan untuk siapakah semuanya itu? Apakah kita melakukannya hanya karena ita merasa sedang menjalani tugas kehidupan rutin seperti manusia lain? Jika demikian, ita telah terpenjara oleh tugas kehidupan yang tidak jelas tujuannya, sebag akhirnya akan bermuara pada kematian dan semua akan ditinggalkan dengan sia-sia. Wajarnya manusia hidup adalah menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, mencari menantu, mengasuh cucu dan mengakhiri hidup.

Atau mungkin juga kita melakukannya karena ada suatu hasrat dalam diri kita untuk mencapai suatu kualitas kehidupan yang dimiliki juga oleh orang lain yang ada disekitar kita, bahwa manusia sewajarnya mempunyai uang cukup, memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas lainnya. Idealnya memiliki uang dalam jumlah besar, rumah mewah, mogbil mewah dan berbagai fasilitas kelas atas.

Demikianlah pada umumnya manusia hidup. Ini adalah latria,yaitu ibadah atau kebaktian kepada objek yang bukan Tuhan. Orang-orang seperti ini bukannya tidak bergereja. Mereka rajin bergereja juga, dan mengandalkan Tuhan juga. Mereka tidak ada bedanya dengan orang percaya lainnya yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Bahkan dengan dengan berani mereka berkata kepada Tuhan bahwa Ia adalah segalanya dalam kehidupan mereka. Tetapi kenyataannya,ada berhala dalam hatinya. Sadar atau tidaknya,ia telah terjerat oleh dunia melalui persahabatan dengan dunia Tidak banyak orang menyadari dirinya bersahat dengan dunia ini, tetapi kalau ia masih mencari kualitas hidup sperti orang lain, ia sejatinya memberhalakan dunia ini. Tatkala dalam hatinya yang seharusnya hanya diduduki oleh Tuhan telah diserahkan kepada duplikat atau berhala. Itu sama saja menghina Tuhan.

Tuhan tidak senang bahkan sangat marah apabila kita menempatkan harta duniawi atau mammon menempati tempat atau posisi Tuhan dalam hidup kita. Alkitab menjelaskan bahwa dimana hartamu berada disitu hatimu berada (Matius 6:21). Disini jelas bahwa ketika harta kekayaan atau mammon menguasai hidup kita, itu disebabkan hati kita terpaut dan terjerat dengan kuasa harta kekayaan duniawi yang kita kenal dengan istilah mammon. Ketika hidup seseorang dikuasai mammon, maka orang tersebut selalu mengandalkan kekuatannya sendiri dan menggunakan pikirannyasendiri untuk berusaha.

Bila kondisi ini tidak dirubah dengan serius melalui pembaharuan pikiran, maka kita akan terjerat sampai selama-lamanya dan tidak pernah lepas. Kalau Tuhan masih memberi peringatanNya kepada kita melalu renungan ini, berarti Tuhan masih mempunyai belas kasihan dalam hidup kita dan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Maka kalau hari ini kita masih belum menempatkan Tuhan di tempat yang seharusnya, dan dengan sengaja atau tidak menggantikanNya dengan mammon atau kekayaan dunia, mari segera bertobat. Jika tidak,kita bisa terhilang selama-lamanya karena tidak menghormati Tuhan sepantasnya. Mari beri makan pikiran kita dengan kebenaran Firman yang memadai, sehingga dalam hidup kita, kita bisa memahami apa artinya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan.

Tidak ada salahnya memiliki harta kekayaan, namun celakanya apabila kekayaan yang kita miliki menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita. Tuhan sungguh merindukan setiap hati yang menyadari dan bertobat dari sikap berpura-pura mengasihi dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya.

Allah mengasihi orang yang percaya dan member anugerah untuk memrintah bersama-sama dengan DIA di langit dan bumi yang baru.



Oleh: Pdt. Dr. Erastus Sabdono,M.Th.

Sumber:anggur baru April 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar