Kamis, 17 Februari 2011

IMPIAN YANG MENJADI KENYATAAN


Boney sudah biasa mencuci baju sejak masih kecil, membantu ibu dan neneknya.  Ketika akan mulai bersekolah, Boney mencuci pakaiannya sendiri pada Minggu pagi, dengan berdiri  di atas kotak kayu agar dapat meraih ember air yang mereka pakai.  Sorenya, Boney memanaskan lebih dulu setrika tua ibu yang berat di atas kompor, lalu barulah mulai menyetrika.  Semua pakaian Boney yang akan dipakai minggu depan telah siap saat dia akan tidur pada Sabtu malam. 

Ketika berusia sepuluh tahun, guru favorit Boney, Bu White, suatu hari berkata kepadanya, “Boney, kemarilah.”  Ia berbicara kepada Boney dengan suara berbisik agar tidak ada orang pun yang dapat mendengar, “Boney siapa yang menyetrika pakaianmu?” 
“Saya sendiri” jawabnya.  “Kamu? Astaga.  Saya punya baju berbahan linen dan saya ingin kamu menyetrikanya. ”Berapa ongkos menyetrikanya?”  ” Sepuluh sen”, sahutnya.  Namun, ketika Boney mengembalikan baju itu dalam keadaan sudah dicuci dan distrika, ia membayar Boney 25 sen.  Seiring berjalannya waktu, dari mulut ke mulut orang membicarakan pekerjaan mencuci dan menyetrika dari si Boney.  Semakin banyak Boney mengerjakannya, semakin banyak uang yang dia peroleh. 

Ketika berusia dua belas tahun, bibinya sakit sehingga Boney terpaksa berhenti sekolah pada kelas enam untuk merawatnya.  Tahun berikutnya teman-teman sekelas Boney telah naik kelas.  Karena Boney telah ketinggalan jauh, maka Boney tidak pernah kembali ke sekolah.  Sebaliknya, Boney tetap bekerja dengan mencuci dan menyetrika pakaian orang lain kemudian menyimpan uang di bawah lapisan dalam berwarna merah muda di kereta boneka Boney. 

Suatu hari Boney memasukkan uangnya, mungkin sekitar lima dolar ke rekening cek, dan setiap bulan Boney menabung semakin banyak uang di Bank.  Semuanya Boney tabung kecuali yang dia masukkan dalam kantung kolekte di Gerejanya.  Tak seorang pun mengajari dia untuk melakukan hal itu.  Boney hanya menganggap bahwa mengembalikan kepada Tuhan sebagian dari apa yang telah Dia berikan kepadanya merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. 

Tahun-tahun berlalu.  Boney membuat peraturan bahwa dia akan selalu memberikan sesuatu kepada gerejanya, dan setahun sekali dia membayar asuransi serta tanah pekuburannya.  Setiap bulan Boney membayar tagihan air, listrik, gas dan menyisihkan jumlah tertentu untuk membeli bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari.  Seiring  berlalunya waktu, Allah mengajarkan kepadanya cara menggunakan uang untuk hal-hal yang dia butuhkan dan menabung sisanya. 

Suatu hari tatkala Boney pergi ke Bank untuk menabung, kasir Bank berkata, “ Boney, jika kamu menyimpan uangmu di rekening tabungan, kamu akan mendapatkan bunga Bank.” “Baiklah, kapan saya bisa melakukannya?” tanya Boney.  “Kamu dapat melakukannya sekarang.”  Boney pun melakukannya.  Kemudian pada kedatangan berikutnya di Bank, salah seorang pegawai Bank berkata, ”Boney, kamu seharusnya menaruh uangmu di deposito agar uangmu semakin cepat bertambah.”  ”Baiklah.  Kapan saya bisa memulainya? Tanya Boney.  ”Sekarang,” jawab pegawai Bank.  Boney pun melakukannya dan uangnya semakin meningkat. 

Manakalah Boney mendapatkan Ijazah sebagai penata rambut, selama empat belas tahun Boney mencuci dan menata rambut orang.  Namun, tatkala ibunya menderita kanker, Boney kembali pada pekerjaan semula, yakni mencuci dan menyetrika di rumah, sehingga Boney dapat merawatnya. 

Ibu Boney meninggal dunia pada tahun 1964, dan pada tahun 1967 bibinya juga meninggal.  Boney terus bekerja, bahkan setelah menanjak usia pensiun.  Ketika penyakit radang sendi perlahan-lahan mulai menganggu dan Boney menjadi kerap merasa kesakitan, sehingga terasa berat untuk bekerja, Boney menjadi tertekan jika harus berhenti bekerja pada usia 86 tahun ini.  Namun Boney Berdoa, ”Ya Tuhan, beradalah di dekatku, bimbinglah aku, dan lindungilah aku dalam segala hal.”  Dia pasti melakukan semua itu. 

Pada suatu hari di Bank, mereka bertanya kepada Boney kemana dia akan memberikan uangnya apabila dia meninggal.  Pak Paul Laughlin, salah seorang pejabat Bank di sana duduk bersama Boney dan meletakkan sepuluh keping uang logam diatas meja yang masing-masing bernilai sepuluh sen.  Ia menyatakan bahwa masing-masing keping mewakili sepuluh persen uang Boney.  Boney mengambil satu keping untuk Gereja dan satu keping untuk masing-masing sepupunya.  Akhirnya, tersisa enam keping untuk mewujudkan impian yang selama ini Boney angan-angankan. 

“Sekarang Boney ingin membantu anak yang ingin kuliah.” Ujarnya.  “Saya akan menyumbangkan sisa uang saya kepada University of Southern Mississippi agar anak-anak yang patut menerima bantuan dapat memperoleh pendidikan yang baik.  Boney ingin membantu anak-anak Amerika keturunan Afrika yang sangat ingin belajar seperti dia. Tetapi keluarga mereka tidak mampu membiayai pendidikan sekolah mereka.” 

Pak Paul menatap aneh pada Boney dan berkata, “Bu Boney, itu bearti anda akan menyumbangkan kepada sekolah itu sebesar 150.000 dolar (kira-kira 1.35 miliar rupiah). 
Seratus lima puluh ribu dolar!  Selama ini Boney tidak pernah menyadari berapa banyak uang yang dia miliki, dan jumlah itu membuat Boney terkejut.  Seorang pengacara yang selalu mencucikan pakaiannya pada Boney menyarankan agar Boney memastikan betul-betul apakah dia masih ingin mewujudkan rencananya itu.  Kemudian, mereka menyusun dokumen-dokumen yang ada.  Ia meyakinkan Boney bahwa Boney masih akan memiliki uang yang cukup jika membutuhkan, dan sisanya akan diberikan pada tahun-tahun selanjutnya, setiap tahun. 

Ketika berita tentang apa yang Boney lakukan itu tersebar, oreang-orang dari surat kabar dan majalah berkumpul untuk mencari tahu siapakah Boney itu.  Boney tidak tahu apa yang mereka ributkan, tetapi undangan demi undangan mulai berdatangan untuk untuk menemui Presiden di Washington D.C dan Perserikatan Bangsa-bangsa di New York. 
Namun, dari semua orang baru yang dia jumpai itu, seseorang yang sangat berarti baginya muncul tepat di halaman depan rumahnya.  Pada bulan Agustus itu, seorang gadis belia berlari-lari dan merangkul Boney.  “Terimakasih, Bu Boney” ujarnya, “Atas bantuan anda, sehingga saya dapat berkuliah.” 

Ia seorang gadis cerdas bernama Stephanie, yang akan mengawali masa belajar tingkat pertamanya di perguruan tinggi.  Ia adalah orang pertama yang menerima Beasiswa Boney sebesar seribu dolar.  Stephanie membawa serta ibunya yang seorang guru, neneknya yang bekerja sebagai penjahit, dan saudara kembar lelakinya yang juga akan masuk ke perguruan tinggi, dan mereka semua duduk diberanda depan.  Dengan segera mereka merasa seperti keluarga. 

Selama ini Stephanie sangat ingin masuk University of Sourthern Misssissipi, tetapi karena saudara kembar lelakinya itu juga akan memulai tahun pertamanya di perguruan tinggi, uang mereka menjadi sangat terbatas.  Meskipun nilai-nilainya bagus dan ia menjadi ketua organisasi siswa di Hattiesburg High, ia tetap gagal mendapatkan beasiswa.  Meskipun demikian, ia tetap maju dan mendaftar di Univesity of Southern Mississipi dengan iman, dan keluarganya berdoa memohon pertolongan Tuhan. 

“Ya Tuhan, Engkau telah menyatakan bahwa jika kami meminta, maka kami akan mendapatkannya,” doa Stephanie, “karena itu, kini aku memohon pertolongan-Mu.  ”Kemudian, ia menerima telepon yang memberitahukan bahwa ia akan menjadi orang pertama yang menerima Beasiswa dari Boney. 

Boney merasa sangat bangga kepadanya.  Boney berencana untuk menghadiri wisuda kelulusannya nanti.  Sekarang Boney merasa seperti mempunyai seorang cucu. 
Boney terkejut jika orang bertanya, “Bu Boney, mengapa anda tidak memakai uang anda untuk diri sendiri?”  Boney hanya tersenyum.  Syukur kepada Tuhan yang baik, sekarang ini saya justru sedang memakainya untuk diri saya dengan cara membagikan anugerah itu. 



Inspirasi

Pengalaman seperti ceritra diatas berawal dari pepatah yang berbunyi sbb : “Berdikit-dikit jadi bukit”  pepatah ini tidak asing bagi kita, dan itulah yang dipraktekkan oleh Boney dalam hidupnya, dari penghasilan mencuci dan menyetrika baju dia menyisihkan untuk gereja dan menabung.  Kalau saja kita memiliki niat seperti Boney dalam hidup ini maka sekaranglah waktunya memulai, mulai menabung sekalipun dalam jumlah yang kecil, manfaatkan sarana yang disediakan bank, maka dihari esok nanti uang kita berlipat ganda.  Perlu hikmat dan akal budi untuk melakukan hal ini, disamping perhitungan jangka panjang.  Untuk itu bila anda ingin hidup makmur dan sejahtera serta dapat menjadi berkat untuk membantu sesama di hari esok mulai menabunglah sekarang.  Doakan uang tabungan anda di Bank agar menjadi berkat untuk orang lain.  Boney menyadari bahwa semuanya adalah Anugerah Tuhan.  Didalam Amsal 13 : 11 dikatakan : “ Siapa yang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, ia akan menjadi kaya.”  Dan bilamana kita sudah diberkati dengan apa yang kita tabung ingat kata-kata dari Robert Burns : “ Hati yang berbelaskasihan dan penuh kebaikan sangat menyerupai Allah.”

Oleh : Bredly Sampouw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar