Selasa, 21 Desember 2010

Cepatlah Pulang

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Lukas 15 : 20
Kita menciptakan banyak gambaran yagn keliru tentang Alalh di benak kita. Kia tahu bahwa Allah itu kasih, namun terkadang kita memperlakukan-Nya seperti hakim penuntut yang keras. Kita seperti Adam dan Hawa: hal pertama yang kita lakukan ketika sadar bahwa kita telah berbut dosa adalah mencoba bersembunyi dari Allah. Rasa malu kita menyebabkan kita lari dari Allah ketika seharusnya kita berlari kepada-Nya. Yesus mengatakan bahwa Bapa-Nya itu menantikan; namun ia menanti-nantikan kita pulang.
Yesus bercerita tentang seorang pemuda sombong yang mempermalukan ayahnya. Pemuda ini membuat pilihan-pilihan yang mementingkan diri sendiri, yang akhirnya membawa hina kepada keluarganya dan penderitaan kepada dirinya sendiri. Ketika ia sadar, ia tahu bahwa ia tidak akan pernah dapat membatalkan kerusakan yang telah diakibatkannya. Ia telah berbuat keterlaluan. Tak ada pengharapan kembali ke sebelumnya. Ia bahkan tidak berencana untuk memenangkan kembali dukungan ayahnya. Yang paling dapat diharapkannya hanyalah pekerjaan di usaha ayahnya. 
Pernahkah Anda mereasa seperti itu? Pernahakan Anda bangun dan sadar bahwa Anda telah membuat suatu kekeliruan besar? Anda telah sedemikian gagal, sehingga tidak berani menghadap Allah, apalagi meminta pengampunannya. Jadi, Anda memutuskan untuk menerima kehidupan Kristiani kelas dua. Anda masih akan mendapatkan bagian Anda, namun tidak akan pernah dapat menikmati kedekatan dengan Allah yang pernah Anda rasakan sebelumnya. Toh, itulah yang pantas Anda dapatkan, bukan, jika direnungkan apa yang telah Anda perbuat? Jika pengalaman Anda seperti itu, bacalah keseluruhan perumpamaan ini (Lukas 15 : 11 - 37)
 Bahkan ketika puteranya berdosa habis-habisan, Ayahnya menantikan dia, menantikan untuk menyambutnya pulang. Ayahnya tidak duduk di rumah, merencanakan bagaimana menghukum puteranya yang tak berharga itu - kalau ia berani  muncul. Ayahnya merindukan untuk melihat putranya lagi. Ia merencanakan pesta untuk merayakan kepulangan anaknya. Ketika akhirnya harinya tiba, dan ia mengenali sosok anaknya di kejauhan, sang ayah pun berlari. Ia penuh sukacita, bukan penghakiman! Yesus sedang menggambarkan Bapa Anda. Jika Anda adalah putera pemboros, janganlah buang-buang satu hari lagi menghindar dari Allah. Pulang lah segera.
 Sourece: The Experience - Henry & Richard Blackaby

Tidak ada komentar:

Posting Komentar